Senin, 06 Juli 2015

Salah Pagi

Pagi dan senja itu paling sering memberi kejutan meski tidak semegah pecahan bintang dan segagah matahari yang selalu berhasil mencemooh betapa kecil dan bukan apa apanya ras manusia dihadap jagad raya. Dan sinar matahari pertama yg merobek hampa langit saat pagi merayap datang, selalu dengan hangat membesarkan hati dan menyuburkan yakin yang seringkali hampir layu dihembus palsu yang dingin.
Entah terkadang amarah yang begitu membara terbakar tiba tiba surut seperti terhisap pusaran besar, dan seketikapun bilik bilik kecil dalam tubuh tak kasat dalam jasad rapuh yg masih menyimpan sedikit apa yang manusia.

Dan terkadang tidak tidur setelah lo kebangun di sepertiga malam yang terakhir dan tetap terjaga sampai matahari naik itu semacam sebuab kesalahan yg amat sangat fatal buat gw. Karna selalu dan selalu ketika itu nggak sengaja gw lakuin. Tingkat kesedihan yang entah darimana tiba2 menggerogoti dengan begitu cepat seperti rabies. Entah mungkin karna roh gw alergi sama sinar UV trus jadi sentimentil, karna tetiba sedih sedih dan kerapuhan itu ibarat terfotosintesis dengan sangat sempurna. Padahal gw berharap setelah malam redup remang yang selalu bikon gelisah dan memproduksi kerinduan yang nggak sesuai dengan daya tampung dan batas kemampuan gw untuk mengelabuhinya, gw bakal ketemu pagi yg bilang ke gw "udah, gapapa.. Lo bisa kok ngga ngulangin apa yg lo sesali sekarang ini" tapi ternyata setelah tersadar dari semalam suntuk, pagi yg gw jumpai adalah pagi yang bilang "lo ga bakalan bisa memperbaiki apa yg pernah lo perbuat, sebesar apapun penyesalan yg berusaha lo beritahukan.. Secanggih apapun maaf dan pengampunan yg bisa diberikan itu g bakal bisa ngebatalin kesalahan yg pernah lo perbuat!" - mampus aja lo.  ditambah iringan lagu lagu lemah yg mengiyakan dan menyalahkan.
Ketika semua itu datang dan bertubitibi membantai kejiwaan gw, yg bisa gw lakukan untuk meminimalisir pengaruhnya adalah bersembunyi dalam pejam pada tidur

Tidak ada komentar: