02:36... Begitulah susunan angka di sudut kanan atas layar hp tepat pas gw selesai tulis angka terakhirnya. Pengingat kecil yg nggak sebentarpun berhenti bergerak. Waktu, komoditi terpenting di seluruh jagad universe yg nggak sedetikpun bisa diambil alih dan diputarbalik. Karna jika waktu bisa dimajumundur, dilipat dan disentuh semudah membalik kaus kaki yang basah, spesies kami akan semakin porakporanda dan tak tau diri, karna pasti memanipulasi hal yg baru akan terjadi 20 tahun di depan akan sama mudahnya dengan mengganggu fakta di 200 tahun silam. Misal orang hiroshima yang kebetulan belum menikah sebelum peristiwa bom atom bisa dialihkan bepergian ke eropa kemudian entah bagaimana menikah dengan beberapa artis hollywood yang salah satunya memiliki seorang anak gadis latin-asia yg kelewat cantik dan melancong ke indonesia kemudian bertemu dengan seorang pria biasa aja yang hobi main layang-layang dan sabung ayam kemudian jatuh hati dan beranak pinak lalu salah satu dari puluhan cucunya berkembangbiak dan salah satunya adalah gw, mungkin selain mengklaim atas hak tenar dan warisan gw juga bisa memanipulasi siapa yg saja yang nntinya akan mendapat lahan terluas di mars ketika usaha pengkaplingan pertama kali dilakukan saat bumi dirasa udah nggak layak huni dan expired sekaligus memonopoli laju sejarah pada manifestasi global yang baru. Itu baru egoism dari satu spesimen, bayangkan sekian milyar debu bermetabolis dan berjiwa di kagad raya ini memiliki keserakahan yg kurang lebih sama sadisnya. Betapa semakin membosankan dan hancurnya alur kehidupan di semesta. Beruntunglah kapsul mesin dan rompi anti waktu tidak dijual di ace hardware atau toko elektronik tepi jalan yg punya angsuran panjang tanpa bunga. Keberantakan macam apa lagi yang akan umat manusia akan lakukan dalam kondisi seperti itu?
Adalah aliran otomatis yang begitu berharga dan tidak bisa digadai dengan lusinan planet di galaksi manapun. Adalah waktu yg begitu sering kau lewatkan tiap kejapnya, kau biarkan menyelinap tanpa sedikitpun sapa atau doa di tepiannya. Adalah hal2 besar yang hanyut bersamanya dan baru disadar saat terlampau jauh terseret dan tenggelam dalam arus waktu yang tak pernah menoleh untuk menunggu atau memberitahu. Seperti pagi yang begitu biasa dengan tak satupun bintang dan sulur cahaya bulan di tengadahku meratap langit di selasela bangunan bangunan rimbun di atas tanah. Satu persatu hal berlalu begitu saja tanpa sedikitpun menyadari waktu. Dan tidak bertumpuk tumpuk penyesalanpun dapat menyeret atau membuat arusnya terbalik. Semoga dalam lelapku memyadari waktu bisa berjalan berdampingan mengiringnya tanpa merasa terhanyut atau tertinnggal arus derasnya. Semoga yang tak kan terganti yang akan. Semoga suara-suara kacau berirama yang menuntun dalam bilik bilik gema di kepala bisa tertelusur secepatnya oleh naluri, hingga rasa yg terus menerus meminta bagian dalam pengambilan keputusan atas perhitungan logika yg praktis dapat berirongan dalam harmoni untuk melodi melodi dentum waktu berikutnya.. Agar tidak begitu sia sia, ketika dipaksa berarti pun sudah tak dihirau.
Minggu, 05 Juli 2015
Lost In The Echo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar